1. Masyarakat
Perkotaan, Aspek-Aspek Positif dan Negatif
A.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai
terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur. Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia
dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan,
serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia
kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat
sering diorganisasikan berdasarkan
cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial
mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat
agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap
masyarakat industri dan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan
berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar,
terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Katasociety berasal dari bahasa latin,
societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas
diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti
society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society
mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan
yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
B. Syarat-syarat
Menjadi Masyarakat
1.
Mematuhi aturan yang dibuat oleh negara
2.
Mematuhi hak dan kewajiban sebagai masyarakat
3.
Melindungi negara ditempat masyarakat tersebut
bermukim
4.
Menciptakan lingkungan yang tentram dan damai
C. Pengertian
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat
perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota
yaitu :
1.
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan
dengan kehidupan keagamaan di desa
2.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah
manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering
sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan
agama dan sebagainya .
3.
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi
lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
4.
Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga
lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
5.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
6.
Interaksi yang terjai lebih banyak terjadi
berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
7.
Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat
penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
8.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata
di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
D. Tipe
Masyarakat
Masyarakat mempunyai tipe seperti
berikut :
a. Masyarakat
kecil yang belum kompleks, yaitu masyarakat yang belum mengenal pembagian
kerja, struktur, dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajarisebagai satu
kesatuan.
b. Masyarakat
yang sudah kompleks, yaitu masyarakat yang sudah jauh menjalankan spesialisasi
dalam segala bidang, karena ilmu pengetahuan sudah maju, teknologi maju, dan
sudah mengenal tulisan.
E. Ciri-ciri
Masyarakat Kota
1. Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2. Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau
individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan ,
sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
3. Jalan
pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan
bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor
kepentingan daripada factor pribadi.
4. Pembagian
kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata
5. Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada
warga desa
6. Interaksi
yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa
factor pribadi
7. Pembagian
waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan
individu
8. Perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar
F. Perbedaan
Masyarakat Kota dan Desa
1. Jumlah
dan kepadatan penduduk
2. Stratifikasi
sosial
3. Pola
interaksi sosial
4. Lingkungan
hidup
5. Corak
kehidupan sosial
6. Solidaritas
sosial
7. Mata
pencaharian
8. Mobilitas
sosial
G. Hubungan
Desa dan Kota
a. Masyarakat
tersebut bukanlah 2 komunitas yg berbeda
b. Bersifat
ketergantungan
c. Kota
tergantung desa dlm memenuhi kebutuhan bahan pangan
d. Desa
jg merupakan tenaga kasar pd jenis pekerjaan tertentu
e. Sebaliknya,
kota menghasilkan barang dan jasa yg dibutuhkan desa
f.
Peningkatan penduduk tanpa diimbangi perluasan
kesempatan krj berakibat kepadatan
g. Mereka
kelompok para penganggur di desa
H. Fungsi
Eksternal
Fungsi
eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm
kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik
secara regional maupun nasional.
I.
Pengertian Desa
Desa merupakan
perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan kulural yng
terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik
dengan daerah lain.
Pola keruangan
desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota.
Tempat kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap
lingkungan alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan
lain-lain. Tingkat penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam
bergantung factor ekonomi, social, pendidikan dan kebudayaan.
J.
Ciri – ciri Desa
Ciri-ciri
masyarakat desa antara lain sebagai berikut :
1. System
kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar ekelurgaan (paguyuban).
2. Mansyarakat
bersifat homogeny seperti dalam hal mata pencahariaan, agama dan adat istiadat.
3. Diantara
warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bla dibandingkan
dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya.
4. Mata
pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani.
5. Factor
geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat.
6. Jarak
antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.
K. Ciri
Masyarakat Desa :
1. Di
dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang
lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di
luar batas-batas wilayahnya.
lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di
luar batas-batas wilayahnya.
2. Sistem
kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
3. Sebagian
besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-
pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4. Masyarakat
tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adat
istiadat dan sebagainya.
istiadat dan sebagainya.
L. Gotong
Royong
Gotong
royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Bersama-sama dengan musyawarah,
pantun, Pancasila, hukum adat,
ketuhanan,
dan kekeluargaan, gotong royong
menjadi dasar Filsafat Indonesia.
Contohnya seperti
:
1. Membersihkan
lingkungan bersama
2. Adanya
sistem ronda untuk menjaga lingkungan
3. Saling
membantu sesama warga
4. Bahu
membahu dalam pembangunan desa
M. Sifat
dan Hakikat
Masyarakat
desa dinilai oleh orang kota sebagai masyarakat damai, harmonis, adem ayem dan
tenang. Dan memiliki sifat :
- Petani tidak
kolot,, tidak bodoh, tidak malas
- Sifat hidup
penduduk desa rata-rata luas sawah kurang lebih 0,5 ha
N. Gejala
Mayarakat Pedesaan
Di dalam
masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, yang menyebabkan
di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan. Gejala-gejala
sosial tersebut antara lain :
a. Konflik
(pertengkaran), pertengkaran yang terjadi di sini biasanya terjadi karena
masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga.
b. Kontraversi
(pertentangan), petentangan ini sering terjadi diakibatkan perubahan
kebudayaan, psikologi ata dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).
c. Kompetisi
(persaingan), persaingan di sini sering terjadi dalam berbagai hal, terutama
dalam bekerja.
d. Kegiatan
pada masyarakat pedesaan
O. Sistem
Budaya Petani Indonesia
Sejarah
perjuangan hidup umat manusia hanya akan bermuara pada dua latar
belakangbudaya, budaya petani (bertani, berternak dan menangkap
ikan sebagai nelayan) dan budayapedagang. Indonesia, secara sadar
mentransformasi budaya petani ke dalam budaya industri.
Dan budaya itu pula yang menjiwai budaya industrinya. Apa
dan bagaimana “budaya petani” dan “budaya pedagang” dapat tergambar
dalam kisah sederhana.
P. Unsur
– unsur Desa :
-
Daerah - Unsur gotong royong
-
Penduduk -
Corak kehidupan
Q.
Fungsi Desa :
-
fungsi desa dlm hubungannya dengan kota
-
sebagai lumbung bahan mentah atau tenaga kerja
-
dan segi kegiatan, kerja desa dapat merupakan
desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan.
R.
Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota
Kehidupaan
masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar
adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan
segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah
bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan
seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan
kurang banyak pengalaman.
Untuk memahami
masyarakata pedesaan dan perkotaan tidak mendefinisikan secara universal dan
obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu
ialah adanya sejumlah orang, tingal dalam suatu daerah tertentu, ikatan atas
dasar unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdepensi,
adanya norma-norma dan kebudayaan.
Masyarakat
pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnyya, seperti ada kolektifitas,
petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan dsb.
Masyarakat
pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai
sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan
masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau
ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat ditelusuri dalam hal lingkungan
umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan
penduduk, homogenitas-heterogenotas, perbedaan sosisal, mobilitas sosial,
interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan,
solidaritas sosial, dan nilai atau sistem lainnya.
2. Hubungan desa dan kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah
dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan
yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat
ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada
dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur
mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi
jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam
proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan
dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat
musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian
mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat
untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”,
dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan
perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat
transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan
dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan
kekotaan.
Hubungan
kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,
karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh
dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara
teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar,
seperti : (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan
perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua
kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi
kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru
sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau
hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa,
masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang
sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa
pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan
desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses
sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai
permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam
kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu
bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a.
Urbanisasi dan Urbanisme dengan adanya hubungan
Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan
tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123
).
b.
Sebab-sebab Urbanisasi
c.
Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk
meninggalkan daerah kediamannya (Push factors)
d.
Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik
penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
Hal – hal yang
termasuk push factor antara lain :
a.
Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang
dengan persediaan lahan pertanian,
b.
Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk
industri modern.
c.
Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa
tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara
hidup yang monoton.
d.
Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah
ilmu pengetahuan.
e.
Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai
hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa
penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
Hal – hal yang
termasuk pull factor antara lain :
a.
Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa
dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan
b.
Dikota lebih banyak kesempatan untuk
mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c.
Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih
banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d.
Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan
yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur
manusianya.
e.
Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan
diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi
sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
3.
Aspek
Positif dan Negatif
Perkembangan
kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan
dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang
memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum
dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur
yang meliputi :
-
Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam
sekelilingnya.
-
Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
-
Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan
telekomunikasi.
-
Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi,
kebudayaan, dan kesenian.
-
Penyempurnaan :Untuk fasilitas keagamaan,
perkuburan, pendidikan, dan utilitas
umum.
Untuk itu
semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a. Aparatur
kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota. Untuk itu maka
pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya.
b. Kelancaran
dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan
cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
c. Masalah
keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka
kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru.
d. Dalam
rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para
pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat
bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya.
4.
Masyarakat
Pedesaan
Desa yang
dimaksud desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan bahwa desa adalah
suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
sendiri.
Menurut
Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi,
politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan
pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
Sedangkan
menurut Paul h. Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah
sebagai berikut:
-
Di dalam masyarakat pedesaan memiliki hubungan
yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan
lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
-
System kehidupan umumnya berkelompok dengan
dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)
-
Sebagian besar warga masyarakat hidup dari
pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan
sambilan (part time) yag biasa mengisi waktu luang.
-
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal
mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.
-
Masyarakat pedesaan identic dengan istilah
‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai
kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam:
-
Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang
timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan
dari bawah).
-
Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang
timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya
berasal dari atas).
Hakikat
dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Beberapa gejala-gejala social yang
sering diistilahkan dengan:
-
Konflik (pertengkaran)
-
Kontraversi (pertentangan)
-
Kompetisi (persiapan)
-
Kegiatan pada masyarakat pedesaan
Sistem nilai budaya petani indonesia
Sistem
nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut:
Para
petani di Indonesia terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa
hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi
itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan
diri dengan bersembunnyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan
sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin
dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
Mereka
beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadnag untuk
mencapai kedudukannya.
Mereka
berorientasi pada masa ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan, mereka
kurang mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau mengenang
kekayaan masa lampau menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa
kekayaan bagi mereka).
Mereka
menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu
hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima kurang adanya agar
peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang kembali. Mereka cukup saja
menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.
Dan unutk
menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa
dalam hidup itu tergantung kepada sesamanya.
Unsur-unsur
desa
Daerah,
dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya. Penduduk,
adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian
penduduk desa setempat.
Tata
kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak berdiri sendiri.
Fungsi
Desa
Pertama,
dalam hubungan dengan kota, maka desa yang merupakan “hinterland” atau daerah
dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok.
Kedua,
desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah
(raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.
Ketiga,
dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa
manufaktur, desa industry, desa nelayan dan sebagainya.
Dari
uraian tersebut maka secara singkat ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Homogenitas
social
Bahwa
masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola
hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.Hubungan primer pada
masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
Kontrol sosial yang ketat
Setiap
anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan
ikut menyelesaikannya.
-
Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan
subur dan membudaya.
-
Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat
dan kebudayaan secara ketat.
-
Magis religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat
mendalam.
-
Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris,
baik pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
5. Perbedaan Masyarakat Kota dengan
Masyarakat Desa
Pada mulanya
masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya
masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan
melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil
sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.
Karakteristik
umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam
hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada
situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada
kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan
kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah
tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang
terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
1. Sederhana
2. Mudah
curiga
3. Menjunjung
tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4. Mempunyai
sifat kekeluargaan
5. Lugas
atau berbicara apa adanya
6. Tertutup
dalam hal keuangan mereka
7. Perasaan
tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8. Menghargai
orang lain
9. Demokratis
dan religius
10. Jika
berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan cara
beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan
dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan
santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.
Berbeda dengan
karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan
kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat
perkotaan sering disebut sebagai urban community.
Ada beberapa
ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
1. Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah
peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
2. Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang
lain
3. Di
kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan
politik dan agama dan sebagainya.
4. Jalan
pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
5. Interaksi-interaksi
yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada
kepentingan umum.
Hal
tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke
pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan
pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk
kesejahteraan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar