·
Pertumbuhan dan
PerkembanganKebudayaan Indonesia
Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam
dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia
Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan
kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah
ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang
pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi
yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada
yang dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama,
tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta
lainnya.
Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan indonesia
modern. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa
Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak
dalam kekangan dan tekanan. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa
dan karsa yang lebih sempurna.
Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari
sisi dimensi waktu, dapat dibagi pula pengertiannya :
1. Pertama,
kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk. Definisi ini
mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan
pengetahuan yang tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi
sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai
pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau
teks. Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua
hal. Pertama, apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik
bahkan paripurna. Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang
adiluhung, merupakan contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan
adalah dokumen text (Jawa termasuk sastra-sastra lisan) yang harus dijadikan
pedoman kalau kita tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa”
atau “durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah
bergeser dari text tersebut.
2. Kedua,
kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi
kedua ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca:
terlalu sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan
dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau
kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua
ini, yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir
berbagai elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam
batas-batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama,
kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung
kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah:
membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan.
Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir
Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap
kita tidak jelas juntrungnya.
3. Ketiga,
adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk
dibentuk. Ini adalah definisi yang futuristic, yang perlu hadir dan dihadirkan
oleh warga bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan HARUS LEBIH BAIK. Inilah
yang seharusnya menjadi focus kajian serius bagi pemerhati Indonesia, wa bil
khusus para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.
Kondisi sosial
budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1. Bahasa,
sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan
bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia
sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular
dalam penggunaan sehari-hari, paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah
formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien
kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.
2. Sistem
teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika.
Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada
saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara
lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.
3. Sistem
mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih
dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi
pada era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan
fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang
menopang perekonomian Indonesia.
4. Organisasi
Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI,
MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
5. Sistem
Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era
globalisasi.
6. Religi.
Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum
bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang
berkembang di Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.
7. Kesenian.
Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron).
Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai
pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada
tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah
tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model
Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.
8. Sedang
menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \”Shirf\” budaya. Hal ini mungkin
dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya
baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan
mempertahankan budaya dasar kita.
Dampak Bagi Masyarakat
Kebudayaan
Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh
masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman
bertingkahlaku dan menghasilkan produks-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya
persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga
mengalami perubahan-perubahan, baik karena factor internal maupun eksternal.
Berikut dampak kebudayaan
Indonesia bagi masyarakat, antara lain:
1.
Pengaruh Positif dapat berupa :
a.
Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu
Pengetahuan, dan ekonomi.
b.
Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari
otokrasi menjadi oligarki.
c.
Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang
demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
d.
Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam
kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
e.
Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
f.
Bukan penyebab krisis ekonomi.
2.
Pengaruh Negatif berupa :
a.
Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang
mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder
apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal).
b.
Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya
dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan
sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan
kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak
disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi
tradisi/disconecting of culture).
c.
Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan.
Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainka juga akan
mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.
d.
Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat
kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output
mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara
tajam.
e.
Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi
membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya
tradisional.
f.
Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya
gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis.. Proses globalisasi yang
ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang, baik pada level
individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya diinjak-injak
oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini
merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme,
nasionalisme dan fundamentalisme.
g.
Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena
telah maraknya budaya asing yang berada di wilayah Indonesia.
·
Kebudayaan Islam, Budha dan
Hindu
Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada awal abad ke-3 dan ke-4 masehi, agama Hindu masuk ke indonesia
khususnya ke pulau jawa. Perpaduan antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan
Hindu yang berasal dari India berlangsung dengan mantap. Sekitar abad ke-5,
ajaran Budha atau budhisme masuk ke wilayah Indonesia, khususnya ke dalam pulau
jawa. Agama/ajaran budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dari pada
hinduisme, sebab dalam ajaran budhisme tidak mengenal adanya kasta-kasta dalam
kehidupan masyarakat.
Walaupun demikian,kedua agama tersebut tumbuh dan berkembang
berdampingan secara damai di Indonesia, Khususnya di dalam pulau jawa. Kedua
penganut agama tersebut melahirkan karya budaya yang sangat bernilai tinggi
dalam seni bangunan atau arsitektur, seni pahat,seni ukir, dan seni sastra.
Salah satu contohnya adalah bangunan dan relief-relief yang di abadikan di
dalam candi-candi di Indonesia, khususnya pulau jawa.
Kebudayaan Islam
Pada abad ke-15 dan ke-16, agama islam telah dikembangkan di
indonesia, oleh para pemuka-pemuka islam yang disebut wali sanga. Titik sentral
penyebaran agama islam saat itu berada di pulau jawa. Tetapi, sebenarnya agama
islam telah masuk ke dalam pulau jawa pada abad ke-11 dengan bukti adanya
wanita islam yang meninggal dan dimakamkan di Kota Gresik.Masuknya agama Islam
ke Indonesia, khususnya ke dalam pulau jawa berlangsung secara damai. Karena
islam masuk ke Indonesia tanpa unsur paksaan, melainkan dengan cara baik-baik.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang
mendapat penganut sebagian besar penduduk Indonesia. Dan hal ini menyebabkan
kebudayaan Islam mempunyai peranan besar dalam perkembangan kebudayaan dan
kepribadian bangsa Indonesia.
·
Kebudayaan Barat
Budaya Barat (Terkadang
disamakan dengan peradaban Barat atau peradaban Eropa), mengacu
pada budaya yang berasal dari Eropa.
Istilah
"budaya Barat" digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan norma-norma
sosial, nilai-nilai etika, adat
istiadat, keyakinan agama, sistem
politik, artefak budaya khusus dan sertateknologi. Secara
spesifik, istilah budaya Barat dapat ditujukan terhadap:
a.
Pengaruh budaya Klasik dan Renaisans Yunani-Romawi dalam hal seni, filsafat, sastra, dan
tema hukum dan tradisi, dampak sosial budaya dari periode
migrasi dan
warisan budayaKeltik, Jermanik, Romanik, Slavik, dan
kelompok etnis lainnya, serta dalam hal tradisi rasionalisme dalam berbagai bidang kehidupan yang
dikembangkan oleh filosofi Helenistik,skolastisisme, humanisme, revolusi ilmiah dan pencerahan, dan
termasuk pula pemikiran politik, argumen rasional umum yang mendukung kebebasan berpikir, hak asasi
manusia,kesetaraan dan nilai-nilai demokrasi yang menentang irasionalitas dan teokrasi.
b.
Pengaruh budaya Alkitab-Kristiani dalam hal pemikiran rohani, adat dan
dalam tradisi etika atau moral, selama masa Pasca Klasik.
c.
Pengaruh budaya Eropa
Barat dalam hal
seni, musik, cerita rakyat, etika dan tradisi lisan, dengan tema-tema yang
dikembangkan lebih lanjut selama masa Romantisisme.
Konsep
budaya Barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia
Barat. Dalam definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofiyang
membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan
tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat. Istilah
ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat
dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti
negara-negara di benua
Amerika dan Australasia, dan
tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa
Tengah juga
dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.
Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat barat modern, antara lain
dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan penting (seperti gerakan-gerakan Zaman Baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai akibat dari globalisasi dan migrasi manusia.
0 komentar:
Posting Komentar