Museum Bahari Jakarta
Museum bahari
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan
dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia
dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda
Kelapa, tepatnya di jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara, menghadap ke Teluk
Jakarta. Museum ini adalah salah satu dari delapan museum yang berada di
bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Sejarah Museum Bahari
Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai macam
peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi
bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang
penyimpanan rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah
satunya adalah untuk mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari
Indonesia (sebagai negara yang menghasilkan rempah-rempah terbesar).
Sebelum akhirnya rempah-rempah tersebut diimport atau diekspor ke
mancanegara, rempah-rempah di simpan di dalam suatu tempat/gudang
penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah yang dekat dengan
pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum Bahari
adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan
rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum
yang berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.
Pada masa pendudukan Belanda, gedung Museum Bahari semula adalah
gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi,
seperti rempah-rempah kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil yang
merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC
membangun gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759.
Gedung Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan. Tahun
perubahan itu dapat dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun
1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang
dunia II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik
peralatan militer tentara Dai Nippon. Setelah Indonesia Merdeka
difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan
PTT (Post Telepon dan Telegram). Pada 1976 kompleks gedung ini
diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan
sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli
1977.
Luas tanah bangunan ini sekitar 9.000 m
2 dan luas bangunannya mencapai 16 ribu m
2.
Bangunan ini sudah tiga kali di renovasi, yaitu tahun 1976, 1980, dan
2009. Meski telah direnovasi, tapi tidak menghilangkan ciri khas dari
museumnya.
Museum Bahari ini memiliki keunikan yaitu keberadaan koleksi kapal
yang sudah tak diproduksi lagi. Di perut Museum Bahari tersimpan
benda-benda sejarah berupa kapal dan perahu-perahu asli maupun miniatur.
Mengingatkan kepada kita bahwa sejak jaman dahulu kala ‘nenek moyangku
seorang pelaut’. Ada kebanggaan ‘kebaharian’ dari bangsa pemberani di
dalam mengarungi samudra luas dan ganas. Selain itu, dari segi
arsitekturnya bangunan ini memiliki ciri khas bangunan yang terbuat dari
kayu.
Sumber:
https://fladgadz.wordpress.com/2015/04/01/konservasi-arsitektur-pada-kawasan-dki-jakarta/#respond
STASIUN JAKARTA KOTA (BEOS)
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos) adalah stasiun kereta api
berusia tua yang berada dalam kawasan di Kota Tua Jakarta. Stasiun tua
yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993.
Mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos, dan
menurut artikel dalam wikipedia ada beberapa versi dalam mengartikan
nama Beos, yakni sebagai berikut :
- Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
- Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya
Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat
transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota
lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
- Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul
karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua
stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang
terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia
Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api
Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur
Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual
kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen.
Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk
gemeente Batavia. Stasiun Kota (1929).
|
|
|
Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup
pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama
stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia
Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun
Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929
dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya
dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh
Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda
pada 1926-1931.
Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek
Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan
Louwrens Ghijsels, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di
Delft dan mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur
Architectenbureau (AIA). Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels,
yang dikenal dengan ungkapan
Het Indische Bouwen yakni
perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan
bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental,
rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi.
Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek
menuju kecantikan.
Kriteria pemilihan bangunan konservasi berdasarkan kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2012, yakni :
- Berusia 50 tahun / lebih
- Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
- Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahun, pendidikan, agama dan atau kebudayaan
- Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya
melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun
1993. dan sudah berumur 142 tahun.
Sumber:
http://sitiyuliani-arsitekturr.blogspot.co.id/2015/03/konservasi-arsitektur-pada-kawasan-dki.html